Sudah Lama Menikah Namun Belum Hamil? Cobalah Konsumsi Buah Parijoto Warisan Sunan Muria Ini
Selasa, 23 Mei 2017
Edit
Tumbuhan ini sangat cantik, terutama dilihat dari penampilan buahnya yang berwarna ungu kemerahan. Mengingatkan pada buah anggur, namun ukurannya lebih kecil. Karena penampilan yang cantik itu pula parijoto lebih banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang diperjualbelikan.
Masyarakat di daerah tertentu menyebutkan parijoto memiliki banyak khasiat untuk kesehatan, terutama untuk ibu mengandung.
Penggal pertengahan Desember lalu, parijoto mengantar tiga mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian dan Bisnis (FPB) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) meraih gelar juara pertama dalam ajang Kino Youth Innovator Award yang diselenggarakan PT Kino Indonesia Tbk, belum lama ini. Ketiga mahasiswa itu ialah Ruth Asih Setiawati, Viony Gracelia Kuntadi, dan Andreas Petra Wibiantoro. Mereka menciptakan suspensi gel buah parijoto yang dinamakan “Parijoto Health” di bawah bimbingan dosen Dina Banjarnahor SP MSc.
Ruth Asih Setiawati, seperti dikutip dari situs resmi UKSW, uksw.edu, menjelaskan buah parijoto memiliki kandungan antioksidan alami seperti tanin, flavonoid, dan saponin, yang dapat menangkal dampak buruk radikal bebas bagi tubuh. Flavonoid memiliki manfaat antara lain untuk mengahambat penyebaran tumor, menghambat pertumbuhan sel kanker, serta menghambat aktivitas enzim yang merupakan pemicu terjadinya peradangan dan penyakit pada sistem imun.
Tanaman yang banyak dijumpai di areal Gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah ini, menurut Ruth, populer di masyarakat Kudus dan sekitarnya, karena dipercaya dapat meningkatkan kesuburan hormonal pada wanita hingga menjaga fisik bayi dalam kandungan.
Suspensi gel buah parijoto yang diproduksi oleh ketiga mahasiswa itu dikemas dalam spout pouch berukuran 250 ml. Spout pouch dipilih karena tergolong ramah lingkungan. Pembuatan produk itu berbahan dasar karagenan sebagai bahan pembuat gel, ekstrak parijoto, serta ditambah pemanis dari tanaman stevia.
Karagenan dipilih karena berasal dari rumput laut merah dan menjadi sumber serat pangan yang baik bagi kesehatan. Sementara pemanis stevia dipilih karena memiliki kalori sangat rendah sehingga penambahannya aman bagi penderita diabetes karena tidak meningkatkan kandungan gula darah.
Produk ini dibuat dalam bentuk gel karena dapat lebih mudah diserap dalam usus. Selain itu kandungan antioksidan yang terserap melalui usus dapat lebih sempurna dalam mengangkal radikal bebas dan meregerasi sel secara lebih cepat.
Inovasi tersebut berhasil mengantarkan ketiganya meraih gelar juara pertama dalam ajang Kino Youth Innovator Award yang diselenggarakan oleh PT Kino Indonesia Tbk. Penghargaan itu diberikan kepada generasi muda atas ide inovasi yang diciptakan melalui sebuah kompetisi.
Inovasi yang diciptakan, Andreas menambahkan, harus menggunakan sumber daya alam lokal dari Indonesia dan memanfaatkan teknologi untuk menghasilkan produk yang dapat digunakan masyarakat.
Pemerian, Manfaat, dan Khasiat
Parijoto adalah nama yang dikenal masyarakat Jawa. Tidak diketahui nama resmi tumbuhan dari famili Melastomataceae ini dalam bahasa Indonesia.
Tanaman ini memiliki nama ilmiah Medinilla speciosa, Blume, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut Showy Asian Grapes. Nama genus Medinilla, diberikan sebagai penghormatan kepada J de Medinilla, Gubernur Kepulauan Mariana (di Samudra Pasifik, masuk wilayah administrasi Amerika Serikat, Red), pada 1820.
Medinilla speciosa, mengutip dari Wikipedia, adalah semak hijau, epifit, yang tumbuh dalam kisaran tinggi 45–60 cm. Batang dan cabangnya berkayu, daunnya lonjong, berukuran panjang 20 cm dan 15 cm lebar, dengan urat-urat daun melengkung yang terlihat jelas.
Bunganya yang cantik berukuran kecil berwarna merah muda terang, tersusun dalam malai yang besar berwarna merah. Di negara empat musim, masa berbunga berlangsung pada awal musim panas hingga musim gugur. Begitu masa berbunga usai, dalam kurun waktu satu bulan, muncullah buah kecil-kecil, mula-mula berwarna merah muda, kemudian berubah menjadi ungu kemerahan ketika masak. Sepintas, buahnya juga mengingatkan pada buah gohok.
Parijoto banyak dijumpai di Kalimantan, Jawa, dan Filipina, di ketinggian 500 – 1.000 meter di atas permukaan air laut. Di Kalimantan, tumbuhan ini dapat dijumpai di wilayah Kinabalu, yang masuk wilayah Malaysia. Di Jawa, tanaman ini banyak dijumpai di antaranya di wilayah Gunung Muria (Jawa Tengah), Gunung Andong (Magelang), dan beberapa gunung lainnya.
Walaupun banyak tumbuh liar, tumbuhan ini dapat dibudidayakan. Orang menanamnya di pekarangan, di dalam pot, atau dijadikan tanaman hias dalam ruangan. Musim berbunganya November – Januari, dan memasuki panen pada Maret – Mei.
Parijoto dalam bentuk buah berwarna ungu kemerah-merahan, dijajakan pedagang sebagai oleh-oleh di sepanjang jalan jika berziarah ke Sunan Gunung Muria di Kudus, Jawa Tengah. Rasanya asam-asam sepat.
Parijoto dijual dengan harga Rp10.000-Rp50.000. Buah ini juga dijajakan secara online. Harganya bisa mencapai Rp70.000 untuk 5 batang besar.
Masyarakat Kudus dan sekitarnya, turun-temurun, meyakini buah ini dapat meningkatkan kesuburan hormonal pada wanita hingga menjaga fisik bayi dalam kandungan. “Buah ini dipercaya dapat membuat jabang bayi cakap saat dilahirkan. Parijoto merupakan tanaman peninggalan atau warisan Sunan Muria," kata Ketua Paguyuban Masyarakat Pelindung Hutan (PMPH) Pegunungan Muria, Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Muhamad Sokib Garno Sunarno, dalam wawancara dengan tribunnews.com, 19 Juli 2016.
Selain itu, parijoto juga dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, antara lain sariawan, diare, dan kolesterol. Sidik Raharjo dalam bukunya, Rangkuman Fungsi dan Khasiat Tanaman Obat, terbitan Merapi Farma Herbal, menyebutkan daun parijoto dimanfaatkan untuk obat diare, sementara buahnya untuk obat sariawan dan antiradang.
Inge Octaviani, B Boy Rahardjo Sidharta, LM Ekawati Purwijantiningsih, dari Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, melalui penelitian “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Parijoto (Medinilla speciosa) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus”, mencoba melihat potensi parijoto sebagai sumber senyawa antibakteri. Mereka melakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun parijoto terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.